Dok. Taufan Mustafa |
LAMREH-Sebuah Desa berkedudkan Kecamatan,
Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Bersar, Provinsi Aceh, menurut Darma Ishak Geuchik
Lamreh, saat ini jumlah Kepala Keluarag (KK) atau hunia berjumlah 81 (KK). Masyarakat
Desa Lamreh berprofesi mayoritas sebagai buruh Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya),
nelayan dan bertani, hanya sebagaian kecil bekerja pada instansi pemerintahan.
Akhir-akhir ini mencuat bahwa kawasan disebuah bukit kecil Desa Lamreh akan dibuat lapangan golf oleh salah satu investor luar, namun, kebenarannya belum tahu siapa, informasi dari Muhajir, Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), ia enggan menyebut pasti siapa investor asing tersebut. Namun , yang jelas Mapesa akan terus berjuang mempertahankan situs sejarah dikawasan Lamreh tersebut, “kata Muhajir
Akhir-akhir ini mencuat bahwa kawasan disebuah bukit kecil Desa Lamreh akan dibuat lapangan golf oleh salah satu investor luar, namun, kebenarannya belum tahu siapa, informasi dari Muhajir, Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), ia enggan menyebut pasti siapa investor asing tersebut. Namun , yang jelas Mapesa akan terus berjuang mempertahankan situs sejarah dikawasan Lamreh tersebut, “kata Muhajir
Samsul Bahri warga setempat, ia
menyatakan, sebelum Tsunami ia di tugaskan oleh Balai Peninggalan Pelestarian
Purbakala (BP3), Wilayah kerja Provinsi Aceh dan Sumatera
Utara, untuk menjaga dan merwat benteng Kuta Lubhok peninggalan sejarah Aceh di
kawasan Lamreh, Aceh Besar tersebut,
Pada akhirnya setelah gempa bumi dan
Tsunami Desember 2004, ia tidak lagi bekerja untuk BP3, dan kemudian Samsul
Bahri meninggalkan tetpat tersebut, beberapa waktu dan kemudian hari ia kembali
kesan, tapi bukan untuk merawat benteng akan tetapi untuk berternak disana.
BENTENG KUTA LUBHOK, tak jahu dari
bibir pantai Lhok Lubhok,yang pernah dirawat Samsul Bahri 45 tahun tersebut, juga
terdapat makam di belakang benteng peninggalan kesultanan Aceh yang
diperkirakan peninggalan abat makam Kuta Lubhok itu semuanya dari abad ke
13 s/d 14 M, di kawasan Lamreh Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Nisan sejenis plang pleng yang tedapat
di Kuta Lubhok, Desa Lamreh juga terdapat nisan yang sama di Gampong Pande (Makam
Tuan di Kandang dan Makam Putroe Idjoe, serta Makam Raja-raja) berlokasi di Banda
Aceh. di Desa Lamreh, tepatnya di belakang kuta Lubhok jenis nisan tersebut
juga ada, terutama di Ujung Batee Kapal dan Lubhok.
Sayangnya makam kuno di belakang Kuta
Lubhok telah banyak mengalami gangguan dan kerusakan. seiring dengan waktu berjalan, nisan-nisan tua yang bergelitakan, tentunaya tidak beraturan, penulisa dkk sempat mendokumentasikan benteng Kuta Lubhok serta nisan-nisan tua
berukiran.
Kunon cerita punya cerita benteng Kuta
Lubhok, merupakan benteng pertahanan
keseultanan aceh, Menurut catatan E.
Edwards McKinnon, pada waktu itu, dilaporkan dalam majalah Archipel bahwa terdapat nisan Sultan Suleiman bin
Abdullah bin Bashir yang wafat pada tahun 608 H, atau 1206 M, kawasan tersebut.
Entah, sekarang makam kuno tersebut sudah
didaftarkan sebagai Cagar Budaya oleh BP3 Aceh & Sumut apa belum, yang
jelas nisan-nisan dan benteng tersebut merupakan wujud dari peningalan sejarah
Aceh, yang perlu kita lestarikan. []
0 komentar:
Posting Komentar